Minggu, 22 Mei 2016

bahan ajar kerajaan Sunda



TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS
TENTANG
BAHAN AJAR

 
 
Oleh
Yessy novita dewi
14046013

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan                : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran                       : Sejarah indonesia
Kelas                                      : X
Alokasi Waktu                      : 2 x 45 menit
A.     Kompetensi Inti          
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.      Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.      Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B.    Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis karakteristik  kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa  kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta  menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini

C.    Indikator Pencapaian Kompetensi
  Siswa dapat :
a.    Memahami berbagai hipotesis tentang jalur masuk agama Hindu-Buddha di Indonesia.
b.    Memahami berbagai teori penyabaran agama Hindu-Buddha di Indonesia.
c.    Mendiskripsikan berkembangnya tradisi dan ajaran Hindu-Budha di Indonesia

D.    Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, siswa dapat :
1.    Menunjukkan nilai-nilai syukur pada ciptaan Tuhan YME berupa mengamalkan ajaran  agamanya secara benar.
2.    Menunjukkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya pada masa kerajaan Sunda
4.    Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
5.    Menunjukkan sikap tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran   sejarah.
7.    menganalisis perkembangan agama hindu budha pada masa kerajaan Sunda.
8.    Menemukan bukti-bukti sejarah tentang perkembangan kerajaan Sunda dengan cermat.

E.     Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran              : diskusi, ceramah, Tanya jawab,
Metode Pembelajaran            : Kooperatif Learning
Pendekatan Pembelajaran     : Scientific

F.     Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Ddeskripsi
Abstraksi waktu
1.  Pendahuluan
a.  Memberikan salam
b.  Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
c.   Menanyakan kehadiran siswa
d.  Mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa
e.  Memberikan motivasi
f.   Menyampaikan topik dan kompetensi yang akan dicapai
g.  Menyampaikan keterkaitan materi dengan materi sebelumnya dan pentingnya materi
15 menit
2.  Inti
Mengamati :
Membaca buku teks dan melihat  gambar-gambar tentang  Indonesia pada zaman Hindu-Buddha.
Menanya :
·    Berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang kehidupan masyarakat Indonesia  pada zaman Hindu-Buddha.
Mengasosiasi :
·    Menganalisis  informasi dan data-data yang didapat  baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber terkait untuk mendapatkan  kesimpulan tentang   Indonesia pada zaman Hindu-Buddha.
Mengekplorasikan:
·    Mengumpulkan informasi terkait dengan pertanyaan tentang Indonesia pada zaman Hindu-Buddha melalui bacaan, internet, pengamatan terhadap sumber-sumber  sejarah yang ada di  museum dan atau  peninggalan-peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Mengkomunikasikan :
Hasil analisis kemudian dilaporkan dalam bentuk tertulis tentang  Indonesia pada zaman Hindu-Buddha.
65 menit
1.  Penutup
a.  Siswa menyimpulkan materi pembelajaran dengan bantuan guru
b.  Guru memberikan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
c.   Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pemberian tugas dari guru
d.  Siswa diberi tugas berupa menyusun laporan diskusi secara kelompok
e.  Kegiatan diakhiri dengan salam
15 menit


G.    Alat dan Sumber Belajar
1. Media :
a. Power point (Gambar dan Ilustrasi Kerajaan Sunda)
b. media pembelajaran konvensional (peta wilayah kekuasaan kerajaan Sunda)
c. Lembar Kerja Siswa Kelas X SMA/MA
d. media pendukung lainnya

2. Sumber Belajar :
a. Buku Sejarah Indonesia kelas X
b. Buku-buku  lainya terkait materi tentang kerajaan sunda
c. Internet  ( jika tersedia)
d.Gambar peninggalan kerajaan Sunda
e.Peta  wilayah kerajaan Sunda

H.    Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1.    Teknik                                    : Observasi, Portofolio, Tertulis/lisan
2.    Bentuk                                   : Test tertulis dan Kinerja
3.    Instrumen Test Tertulis       : 5 essay dan 5 objektif  (terlampir)
4.    Kunci Jawaban                    : terlampir
5.    Pedoman Penilaian              : terlampir
6.    Tugas                                   : Mengerjakan laporan hasil diskusi   kelompok

 Lampiran 1. (Ringkasan Materi)
Gerak sejarah
Fakta
Konsep
prinsip
opini
Lahir
Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669 M  yang awalnya merupakan bagian dari kerajaan Tarumanegara.
Didirikan
Tarusbawa mendirikan kerajaan sunda adalah untuk memperbaiki keadaan kerajaan tarumanegara yang mulai melemah

Tarusbawa merupakan seorang pemimpin yang berwawasan luas dan bijaksana
Berkembang
Raja Galuh menuntut penisahan diri dari kerajaan Tarumanegara di bawah kekuasaan kerajaan Sunda
Persaingan kekuasaan
Pada awal pemerintahan Tarusbawa, pamor kerajaan Tarumanegara menurun
-Raja Galuh terlalu berambisi terhadap kekuasaan
- Tarusbawa belum terlalu cakap dalam pemerintahan
Kejayaan
Kerajaan sunda mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Prabu Sanjaya Harisdarma atau Rakeyan Jamri  (723 – 732) dengan dikuasainya kerajaan Galuh, sriwijaya dan kerajaan Melayu
Penguasaan wilayah
Prabu Sanjaya Harisdarma memiliki prajurit yang banyak,  prajurit dari Kerajaan Sunda di ikut serta bergabung dengan prajurit-prajurit Bumi Mataram dan Bumi Sembara dalam melakukan ekspedisinya.
-Sanjaya merupakan raja yang gagah berani
-kerajaan Sunda lebih kuat daripada kerajaan Galuh, Sriwijaya, dan Melayu
mundur
Pada masa pemerintahan Mahaprabu Wastukencana, kerajaan Sunda Galuh dibagi menjadi 2 ( sebelah barat dan timur Citarum) serta munculnya kerajaan Pajajaran
Pembagian wilayah kekuasaan
Mahaprabu Wastukencana kerajaan Suda Galuh dilebur dengan raja Jayadewata, Sribaduga Maharaja, Prabu Siliwangi, dengan ibukota Pakuan ( kerajaan Pajajaran)
-kerajaan sunda telah mengalami kemunduran
-mahaprabu wastukencana lemah dalam memerintah

A.    Awal berdirinya kerajaan sunda
Sebelum menjadi sebuah kerajaan yang besar dan kokoh, Sunda merupakan daerah bagian wilayah Tarumanegara. Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (raja terakhir kerajaan Tarumanegara yang memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya.
Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Galuh yang mandiri. dari pihak Tarumanagara sendiri, Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar. Kurang lebih adalah Kotamadya Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).

B.     perkembangan kerajaan sunda
Pada masa kekuasaannya, pamor Tarumanagara sudah sangat menurun, sehingga ia ingin mengembalikan keharuman jaman Purnawarman yang berkedudukan di ibukota Sundapura. Akhirnya pada tahun 670, ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Jadi dapat dikatakan, bahwa Kerajaan Sunda adalah penerus resmi dari Kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru di daerah pedalaman dekat Hulu Cipakancilan, yang kemudian dikenal dengan nama Pakuan. Di ibukota baru inilah, Tarusbawa mendirikan 5 buah keraton yang bentuk maupun besarnya sama, dan posisinya berjajar. Keraton tersebut masing-masing diberi nama yaitu Bima, Punta, Narayana, Madura, dan Suradipati. Setelah keraton tersebut selesai dibangun, kemudian diberkati oleh Bujangga Sedamanah di hadapan Tarusbawa.
Peristiwa pergantian nama kerajaan ini kemudian dijadikan alasan oleh Wretikandayun (Raja Galuh pertama)   untuk   memisahkan   negaranya    dari     kekuasaan Tarusbawa. Tuntutan pemisahan kekuasaan ini disampaikan melalui sebuah surat.  Sebelumnya, kerajaan Galuh memang merupakan kerajaan dibawah pengaruh dari Tarumanagara. Dikarenakan Tarusbawa adalah seorang raja yang penyabar dan cinta damai, serta ingin menghindari perang saudara dengan Galuh, akhirnya Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Kawasan bekas kekuasaan Tarumanagara kemudian dipecah menjadi dua kerajaan yang tingkatnya sejajar, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan sungai Citarum sebagai batasnya (Cianjur ke Barat wilayah Sunda, Bandung ke Timur wilayah Galuh). Sebenarnya angkatan perang Kerajaan Sunda belum tentu kalah dari angkatan perang Galuh. Tetapi untuk membina sikap persaudaraan dengan Galuh, maka Tarusbawa berpikir lebih baik membina separuh kerajaan tetapi kuat, daripada menguasai seluruh wilayah kerajaannya dalam posisi lemah.

C.     Puncak kejayaan kerajaan sunda
 Kerajaan Sunda mencapai puncak kejayaan pada masa Sanjaya. Saat Tarusbawa berkuasa, Kerajaan Sunda memilih netral dalam rencana penyerangan Sanjaya terhadap Galuh. Namun setelah Sanjaya berkuasa, otomatis Kerajaan Sunda menjadi bagian dari pasukan penyerangan terhadap Galuh. Kekuatan Sanjaya untuk menyerang Galuh, semakin kuat setelah prajurit dari Kerajaan Sunda di ikut sertakan bergabung dengan prajurit-prajurit Bumi Mataram dan Bumi Sembara.
Pasukan khusus dari Bumi Mataram dan Bumi Sembara langsung dipimpin Sanjaya dengan tugas untuk melakukan serangan. Sedangkan Patih Anggada memimpin pasukan Kerajaan Sunda bertugas untuk mengurung ibukota Galuh dan menghadang setiap prajurit Galuh yang akan melarikan diri. Dengan strategi perang ajaran Pustaka Ratuning Bala Sariwu, akhirnya serangan dilakukan pada malam hari dengan diam-diam dan mendadak. Pasukan Galuh dari Indraprahasta tidak sempat melakukan perlawanan yang berarti akibat dari serangan kilat ini. Seluruh keluarga Purbasora gugur, sedangkan Purbasora sendiri tewas saat langsung berhadapan dengan Sanjaya.  Bimaraksa selaku senapati Galuh, dibiarkan lolos oleh pasukan Sanjaya (hal ini merupakan amanat dari Resiguru Jantaka yang dijunjung tinggi oleh Sanjaya). Kemudian Bimaraksa dan beberapa pengikutnya bersembunyi di daerah Geger Sunten.
Dengan adanya perdamaian antara Sunda dan Galuh, kegemaran Sanjaya dalam hal berperang tidak luntur. Kali ini Sanjaya melakukan ekspedisi perang ke daerah perairan Selat Sunda, bahkan sempat mengalahkan Kerajaan Sriwijaya yang saat itu dipimpin oleh Indrawarman. Kemenangan melawan Sriwijaya semakin membuat Sanjaya menjadi-jadi, peperangan diteruskan hingga ke Kerajaan Melayu.
Pada tahun 732 Sanjaya memprakarsai semacam konfrensi yang diadakan oleh raja-raja di seluruh pulau Jawa. Ibukota Galuh dipilih sebagai tempat konfrensi. Hasil dari konfrensi itu adalah merumuskan bahwa:
(1). Daerah sebelah barat Citarum sampai ke Ujung Kulon, menjadi hak waris keturunan Tarusbawa
(2). Daerah sebelah timur Citarum termasuk Jawa Pawatan dibagi dua, antara Tamperan yang menguasai bagian selatan dan Demunawan menguasai bagian utara (termasuk kekuasaan Galunggung dan dan ibukota Kuningan, Saung Galah)
(3). Bagian tengah pulau Jawa akan diperintah oleh Sanjaya dan menjadi hak waris keturunan Galuh-Kalingga
(4). Daerah sebelah timur bagian utara Kali Progo menjadi bagian Prabu Narayana dan keturunannya dari keluarga Kalingga (Bumi Sembara).

D.    Kemunduran kerajaan sunda
Mahaprabu Wastukencana yang berkuasa atas Kerajaan Sunda dan Galuh menjelang akhir hayatnya membagi kerajaan menjadi dua bagian : Sebelah barat Citarum, kerajaan Sunda diberikan kepada Haliwungan atau Prabu Susuktunggal, anak dari istri Ratna Sarkati. Sebelah timur Citarum, Kerajaan Galuh kepada Dewa Niskala, anak dari istri Mayangsari. Kedua Kerajaan berdiri sejajar. Kerajaan Sunda Galuh kembali ke masa pemecahan, kali ini karena amanat Wastukencana.Skandal terjadi di Kawali. Perang Bubat ternyata masih menyisakan soal. Diawali dengan pelarian pembesar Majapahit ke Galuh. Waktu itu memang sedang terjadi huru hara akibat perebutan kekuasaan di Majapahit. Pelarian di sambut baik di Galuh. Yang jadi soal adalah Dewa Niskala mengawini salah seorang pembesar Majaphit tersebut, sesuatu yang diharamkan sejak Bubat. Lebih lebih lagi wanita itu telah bertunangan.
Akibat pelanggaran kode etik itu, Prabu Susuktunggal menjadi murka dan berniat menyerbu Galuh. Namun perang dapat dicegah, dan pihak pihak bersengketa duduk di meja perundingan. Hasil kesepakatan adalah baik Susuktunggal ataupun Dewa Niskala harus mengundurkan diri sebagai raja di kerajaan masing masing. Sebagai gantinya mereka menunjuk Jayadewata yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus mantu Susuktunggal. Akhirnya Kerajaan Sunda Galuh kembali dilebur dengan raja Jayadewata, Sribaduga Maharaja, Prabu Siliwangi, dengan ibukota Pakuan. Maka lahirlah Kerajaan Pajajaran.

Sumber bacaan:
Marwati Djoened Poesponegoro. 2008. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka
Sartono Kartodirdjo,, dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka

Lampiran 2. (Soal Materi)
A.    Soal pilihan ganda
1.      Hal utama yang melatarbelakangi Tarusbawa  mendirikan kerajaan sunda adalah…
A.    Tarusbawa merupakan menantu dari raja terakhir kerajaan Tarumanegara
B.     Kondisi lingkungan dan letaknya yang strategis
C.     Kerajaan Sunda merupakan bagian kerajaan tarumanegara
D.    Pindahnya pusat kerajaan Tarumanegara ke tanah Sunda
2.      Faktor yang paling mendasari kerajaan Galuh ingin memisahkan diri dari kerajaan tarumanegara adalah……
A.    Jatuhnya kekuasaan kerajaan Tarumanegara ke tangan Tarusbawa
B.     Ingin mendirikan kerajaan yang mandiri
C.     Dipindahkannya pusat kerajaan Tarumanegara ke wilayah Sunda
D.    A dan C benar
3.      Kerajaan sunda mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan sanjaya, hal tersebut dibuktikan oleh…..
A.    Sanjaya menjalin kerjasama ekonomi dengan pedagang asing
B.     Sanjaya berhasil menaklukan kerajaan Galuh, sriwijaya dan melayu
C.     Perkembangan ekonomi, politik dan sosial budaya berjalan dengan baik
D.    Sanjaya membangun sarana dan prasarana di wilayah kekuasaannya
4.      Diantara faktor berikut yang bukan merupakan faktor kemunduran kerajaan sunda adalah….
A.    Terpecahnya kerajaan Sunda menjadi dua
B.     Munculnya kerajaan baru (Pajajaran)
C.     Terjadinya kegoncangan kekuasaan
D.    Semua benar
5.      Dalam perkembangannya yang menjadi pusat prioritas kerajaan sunda adalah…..
A . Aspek pendidikan dan keagamaan
B   Aspek sosial dan budaya
C   Aspek ekonomi dan pemerintahan
D   aspek kesejahteraan masyarakat

B.     Soal essay
1.      Menurut analisis anda bagaimana perkembangan Agama hindu- Budha pada masa kerajaan Sunda?
2.      Menurut pandangan anda mengapa Tarusbawa mendirikan kerajaan Sunda padahal tarusbawa sendiri dipilih sebagai penerus kerajaan tarumanegara?
3.      Pada perkembangannya kerajaan sunda telah mengalami beberapa perpindahan pusat kerajaan, menurut anda kenapa hal itu bisa terjadi?
4.      Kerajaan Sunda berkembang dalam waktu yang cukup lama yaitu pada tahun 669-1579 M, menurut analisis anda apa factor yang menyebabkan kerajaan sunda mengalami kemunduran?
5.      Salah satu factor yang mendorong kerajaan Sunda mengalami Kemunduran adalah dengan dipecahnya Kerajaan sunda menjadi dua bagian yaitu sebelah barat dan timur Citarium. Menurut anda mengapa hal itu bisa terjadi dan apa tujuan pembagian tersebut?

Lampiran 3 (kunci jawaban)
1.      D
2.      D
3.      B
4.      D
5.      C

Lampiran 4. (Pedoman Penilaian)
Penghitungan Penilaian Soal Pilihan Ganda: 5 butir x 1  = 5
Penghitungan nilai essay: 5 soal x 1 = 5

Lembar Pengamatan:
Rubrik kegiatan Diskusi
No
Nama Siswa
A s p e k  P e n g a m a t a n
Jumlah
Skor
Nilai
Ket.
Kerja sama
Meng-
komunika
sikan pen-dapat
Toleransi
Keaktifan
Menghargai pendapat teman







































Keterangan Skor :                                     
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria :
4     = Baik Sekali
3     = Baik
2     = Cukup
1          = Kurang

Nilai      =     ∑ Skor perolehan X  100
Skor Maksimal (20)                         
                                                                                   
Kriteria Nilai  :
            A         =          80 – 100         :           Baik Sekali   
            B         =          70 – 79           :           Baik
            C         =          60 – 69           :           Cukup
            D         =          < 60                :           Kurang